Rabu, 03 Desember 2008

KEHIDUPAN DUNIA HANYALAH SEMENTARA
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ اْلإِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ اْلبَيَانَ وَأَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلىَ سَائِرِ اْلأَدْيَانِ. أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ الْوَاحِدُ الْمَنَّانِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيَّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلمَبْعُوْثُ اِلَى كَافَةِ اْلاَنَامِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ اْلمُمَجَّدِ وَالرَّسُوْلِ السَّنَدِ الْعَظِيْمِ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ عَلَى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْاَيَّامِ. اما بعد. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِى كُلِّ مَكَانٍ وَاُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِطَاعَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ فىِ كُلِّ زَمَانٍ. قال الله تعالى فى كتابه الكريم: كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ اْلمَوْتِ
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. dengan terus berusaha menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Karena hanya dengan demikianlah, kita akan memperoleh ketenangan, kebahagiaan dan lebih-lebih, kemuliaan di hadapan Allah SWT. baik di dunia maupun di akhirat.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Keberadaan kita di dunia ini bukanlah tujuan akhir dari penciptaan manusia, yang dalam arti, setelah kita meninggal dunia maka selesai sudah semua urusan dan tanggung jawab kita. Sebagaimana makhluk lain, seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan, yang mana ketika ia mati maka berakhir pula cerita kehidupannya. Kehadiran kita di dunia ini, adalah satu dari lima tahapan dari perjalanan hidup manusia. Dua tahapan telah kita lalui, yaitu, pertama, alam arwah atau alam ruh. Di mana, di alam tersebut semua ruh manusia dikumpulkan. Baik ruh manusia yang sekarang sudah meninggal dunia maupun ruh manusia yang hingga sekarang belum lahir. Kedua, alam kandungan. Yaitu dalam kandungan ibu kita. Setelah itu barulah kita diturunkan ke alam dunia ini. Kemudian setelah alam dunia ini kita masih akan menempuh dua alam lagi. Masing-masing adalah alam barzakh (alam kubur) dan alam akhirat.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa di alam dunia ini kita hanyalah sementara. Di alam akhiratlah kita akan mendapatkan keabadian hidup. Sementara alam kubur hanyalah pintu gerbang menuju alam akhirat tersebut. Dan untuk menuju alam kubur, semua manusia akan melewati pintu yang disebut kematian. Setelah ia masuk alam kubur maka ia akan dihidupkan kembali –tentunya berbeda dengan kondisi kita sekarang. Paparan ini menggambarkan betapa sebentarnya sebuah kematian bagi manusia. Allah SWT. sendiri telah mensinyalir hal itu dalam sebuah firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ اْلمَوْتِ
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.
Allah menggunakan kata “dza`iqatun” dalam menjelaskan kematian ini, yang berarti “merasakan”. Dalam pemahaman kita, kata “merasakan” mengandung makna sedikit. Atau yang dalam hal kematian ini berarti sebentar. Lebih jelas, dalam surat Ali Imran kembali Allah SWT. menegaskan:
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِي سَبِيْلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيآءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ
Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah SWT. itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapatkan rizki.
Sejak di alam kubur inilah, bahkan sejak meninggal, terlepas sudah semua kewajiban kita sebagai hamba Allah SWT. Manusia tidak lagi harus menjalankan perintah Allah SWT. dan meninggalkan larangan-Nya. Di alam kubur ini hanya ada dua kemungkinan. Pertama, merasakan nikmat kubur sebagai gambaran awal dari nikmat surga. Atau, kedua, mendapatkan siksa kubur sebagai gambaran awal dari siksa neraka kelak.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Lalu apa yang dapat kita persiapkan untuk sebuah kehidupan yang abadi? Apa yang harus kita kerjakan sebelum maut menjemput kita? Itulah mungkin pertanyaan yang pantas kita ajukan. Dalam memberi jawaban atas pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW. bersabda:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ, اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ, اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ

Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mau mendoakannya.
Ketika kita meninggal dunia, maka semua amal perbuatan kita tidak akan ada yang bermanfaat, kecuali hanya tiga hal. Ketiga hal tersebut adalah, pertama, shadaqah jariyah. Yaitu sumbangan yang memiliki nilai manfaat yang abadi. Seperti membangun masjid, mendirikan lembaga pendidikan, panti-panti asuhan, rumah sakit, membuat jalan, membangun pondok pesantren dan lain-lain. Selagi apa yang disumbangkan tersebut masih dimanfaatkan untuk beribadah pada Allah SWT. maka selama itu pula orang yang menyumbang akan mendapatkan pahala. Sungguhpun ia telah mati. Kedua, ilmu yang bermanfaat. Yaitu, ilmu yang diamalkan dalam tingkah laku serta diajarkan kepada orang lain. Selagi orang yang diajar tersebut mengamalkan ajarannya, atau bahkan mengajarkannya pula pada orang lain, maka selama itu pula ia akan mendapatkan pahala. Dan yang ketiga adalah anak shalih yang selalu mendo’akannya.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Membentuk anak shalih adalah pekerjaan yang teramat sulit dan berat. Bahkan lebih sulit daripada mencetak anak cerdik-pandai. Lebih-lebih di zaman sekarang ini, zaman yang, kalau boleh kita katakan, sebagai zaman jahiliyah modern. Begitu besar hambatan kita orang tua untuk membawa anak kepada derajat shalih. Anak shalih adalah anak yang memiliki ilmu dan mau mengamalkan ilmunya. Sedangkan ilmu yang dimiliki tersebut haruslah ilmu yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT., bukan ilmu yang justru membuat anak semakin jauh dari Allah SWT. Anak shalih yang mau mendoakan inilah yang akan bermanfaat bagi orang tua ketika dia telah meninggal.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Lewat mimbar ini kembali saya mengajak, marilah ketiga hal di atas benar-benar kita pegang. Benar-benar kita upayakan sebelum maut menjemput kita. Janganlah anak-anak dan harta benda kita justru menjadi penghalang kita untuk ingat pada Allah SWT. sebagaimana peringatan Allah SWT. dalam al-Qur'an:
يأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَتُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta-bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Marilah kita kenalkan nilai-nilai Islam pada anak-anak kita sedini mungkin. Janganlah kita menunda-nundanya sehingga mereka tercemari oleh dampak negatif globalisasi, karena masa kanak-kanak adalah masa pembentukan karakter dan jati diri. Kekurangtepatan kita dalam mendidik anak bukanlah hal yang tak beresiko. Dampaknya akan kita rasakan bahkan sampai kita meninggal. Semoga ketiga hal di atas dapat kita wujudkan dalam rangka perjalanan panjang kita menuju ke alam baqa yaitu alam akhirat. amin
يأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَتُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ
بَارَكَ اللهُ لىِ وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
NABI MUHAMMAD ADALAH NABI TERAKHIR
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ اْلإِنْسَانَ وَعَلَّمَهُ اْلبَيَانَ وَأَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلىَ سَائِرِ اْلأَدْيَانِ. أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ الْوَاحِدُ الْمَنَّانِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيَّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلمَبْعُوْثُ اِلَى كَافَةِ اْلاَنَامِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ اْلمُمَجَّدِ وَالرَّسُوْلِ السَّنَدِ الْعَظِيْمِ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ عَلَى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْاَيَّامِ. اما بعد. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِى كُلِّ مَكَانٍ وَاُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِطَاعَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ فىِ كُلِّ زَمَانٍ. قال الله تعالى فى كتابه الكريم: مَاكَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وِلكِنْ رَسُوْلَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْماً
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. dengan terus berusaha menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Karena hanya dengan demikianlah, kita akan memperoleh ketenangan, kebahagiaan dan lebih-lebih, kemuliaan di hadapan Allah SWT. baik di dunia maupun di akhirat.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Sungguh keimanan dan ketaqwaan adalah benteng terkuat bagi manusia dalam menghadapi segala bentuk problem kehidupan. Orang yang hampa jiwanya dari keimanan dan ketaqwaan sulit untuk mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan, sungguhpun hidupnya berlimangan materi dunia. Kehampaan spiritual dapat memicu lahirnya sikap frustasi bagi manusia dalam menghadapi permasalahannya. Karena orang yang demikian tidak mempunyai sandaran vertical. Kehampaan spiritual juga memicu bagi munculnya sikap menghujat dan menggugat, karena orang yang gersang jiwanya tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang didapat dan dimilikinya. Dan yang pasti, kegersangan spiritual ini merupakan lahan subur bagi program syaitan dalam rangka menghancurkan masa depan manusia itu sendiri, baik yang berekses pada kehidupan dunia maupun kehidupan di akherat kelak. Munculnya fenomena korupsi, pencurian, perampokan dan lain-lain adalah refleksi dari kekurangpuasan hati manusia terhadap materi yang telah dimiliki. Begitu juga bunuh diri dengan cara apapun adalah refleksi dari ketiadaan sandaran baginya, seolah hidup ini dia sendiri yang mengatur dan menentukannya.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Hal-hal tersebut adalah sebagian kecil contoh akibat kegersangan hati manusia dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dan di akhir-akhir ini, syaitan kembali menemukan lahan subur pada manusia di bidang yang berbeda. Syaitan datang dalam tidurnya orang-orang yang frustasi dengan mengaku sebagai Allah yang akan mengutusnya. Karena kurangnya keimanan dan ketaqwaan di hati orang tersebut serta minimnya pengetahuan dan pemahaman keagamaan, maka setelah bangun, dengan penuh percaya diri ia kemudian mengikrarkan diri sebagai nabi utusan Allah SWT. yang diperintah-Nya untuk menegakkan ajaran agama, na’udzu billah tsumma na’udzu billah. Mungkin kalau sebagai utusan bisa dibenarkan, tetapi bukan utusan Allah melainkan utusan syaitan, yang memerintahkannya untuk menghancurkan Islam. Jika ia mengaku sebagai nabi dan rasul utusan Allah SWT., maka haram bagi kita untuk mempercayainya. Bahkan meragukannya pun haram, karena di dalam sikap ragu ada unsur percaya. Yang benar adalah kita harus yakin, haqul yaqin bahwa ia bukanlah nabi dan bukan pula rasul utusan Allah SWT.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Allah SWT. telah memberikan pernyataan yang sangat jelas secara tekstual, yang seakan tidak mungkin menimbulkan multi tafsir. Dalam al-Qur'an Allah SWT. menyatakan:
مَاكَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وِلكِنْ رَسُوْلَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْما
Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Di dalam ayat tersebut, dengan jelas Allah menyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah penutup para nabi. Sehingga untuk menangkap substansi makna dari kalimat tersebut kita tidak perlu bertele-tele. Karena kalimatnya sudah sangat jelas. Jika kemudian ada orang yang mengakui adanya nabi setelah nabi Muhammad, itu bukanlah buah penafsiran lain dari kalimat tersebut, tetapi itu adalah kesesatan yang nyata. Dengan demikian dari ayat tersebut dapat kita yakini, bahwa sampai kapanpun dan di manapun Allah SWT. tidak akan pernah mengutus lagi seorang manusia untuk menyebarkan ajaran-Nya. Sehingga wajib bagi umat muslim untuk menolak dan mengingkari siapa saja yang mengaku sebagai nabi maupun mengingkari orang yang dianggap sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW. tanpa harus melalui pertimbangan.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Sungguhpun kita wajib menolak dan mengingkari terjadinya distorsi kenabian ini, akan tetapi, tidak dibenarkan jika penolakan kita tersebut kita refleksikan secara anarkhis. Penolakan secara fisik bukanlah satu-satunya solusi dan bukan pula solusi terbaik. Hendaknya kita menolak kebatilan dengan tanpa harus melahirkan permasalahan baru. Dalam hal ini Allah SWT. pun telah mengajari kita:
أُدْعُ إِلى سَبِيْلِ رَبِّكَ بالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik.
Bagaimanapun, sebuah keyakinan adalah hasil dari sebuah pemikiran. Dan pemikiran tidak akan mati jika diserang secara fisik. Karena pemikiran adalah kreatifitas rohani bukan kreatifitas fisik manusia. Sehingga untuk menandinginya kita juga harus melalui pemikiran. Dalam hal ini kembali Allah SWT. mengajari kita melalui sebuah firman-Nya:
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتيِ هِيَ أَحْسَنُ
Dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Yang terpenting bagi kita kemudian adalah, mari kita kembali kepada Allah SWT., kembali kepada ajaran-Nya yaitu al-Qur'an, dan mari kita terus meneladani Rasul-Nya Muhammad saw. Itulah shirath al-mustaqim (jalan lurus yang diridhai oleh Allah, yang akan menghantarkan kita kepada ketenangan dan kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akherat), sebagaimana yang diharapkan oleh setiap kita. Janganlah kita terkecoh oleh argumen-argumen batil orang-orang yang mengaku sebagai utusan Allah hanya karena mereka merasa memperjuangkan agama Allah. Dan perlu kita ketahui, adalah salah jika ada orang yang memperjuangkan agama Allah SWT. kemudian dia mengaku sebagai nabi. Nabi Muhammad sendiri menyatakan bahwa, yang meneruskan perjuangan para nabi adalah ulama’. Sebagaimana yang pernah disabdakannya:
الْعُلَمَآءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَآءِ
Ulama adalah pewaris para Nabi
Dari sabda tersebut tersirat sebuah makna bahwa sepeninggal beliau Allah tidak akan mengutus lagi seorang Nabi. Dan satu-satunya penerus perjuangan para nabi adalah para ulama’.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah
Semoga kita senantiasa dalam lindungan dan bimbingan Allah SWT. dan diselamatkan dari segala fitnah yang memang akhir-akhir ini mulai bermunculan sebagai tanda-tanda datangnya hari kiamat, amin.
مَاكَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وِلكِنْ رَسُوْلَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْماً. بَارَكَ اللهُ لىِ وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ

KHUTHBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ يَوْمُ الْجُمْعَةِ اَفْضَلَ اَيَّامِ اْلاُسْبُوْعِ وَاخْتَصَّهُ بِسَاعَةٍ الدُّعَاءِ فِيْهَا مُجَابٌ مَسْمُوْعُ أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً مُحْتَوِيَةً عَلَى كَمَالِ اْلإِخْلاَصِ وَالْحُضُوْعِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيَّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الْمَقَامِ الْمَحْمُوْدُ وَالذِّكْرِ الْمَرْفُوْعِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ذَوِى الزُّهْدِ وَالْخُشُوْعِ. اما بعد. فَيَاأَيُّهَا النَّاسِ اِتَّقُوا اللهَ فِى جَمِيْعِ الْحَالاَتِ, وَقَالَ جَلَّ جَلاَلُهُ: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُوْرِ اْلاَنْوَارِ وَسِرِّ اْلاَسْرَارِ وَتِرْيَاقِ اْلاَغْيَارِ وَمِفْتَاحِ بَابِ اْليَسَارِ سَيَّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْمُخْتَارِ وَآلِهِ اْلأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللهِ وَاِفْضَالِهِ وَارْحَمْنَا وَاحْشُرْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ وَيَا عَالِمَ السِّرِّ وَالْخَفِيَّاتِ, رَبَّنَااغْفِرْ لَنَا وَلِِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فىِ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْارَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِنَا فىِ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفىِ اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهَ أَكْبَرُ

Tidak ada komentar: