Senin, 09 Maret 2009

PENAFSIRAN DAN PENGGUNAAN HASIL TES

PENAFSIRAN DAN PENGGUNAAN HASIL TES
A.Penafsiran Hasil Tes
Setelah data diolah (dari skor menjadi nilai) selanjutnya kita dapat melakukan penafsiran (interpretasi) terhadap data tersebut, baik secara individual maupun secara klasikal (kolektif). Penafsiran secara individual meliputi, antara lain: 1) penafsiran tentang kelemahan, 2) penafsiran tentang pertumbuhan, dan 3) penafsiran tentang kesiapan.
Yang dimaksud penafsiran kelemahan di sini adalah penafsiran tentang, pada sub-sub tes mana dari suatu mata pelajaran seorang siswa menunjukkan kelemahan. Apakah dalam menguraikan (pemahaman), penerapan (aplikasi) rumus atau konsep, analisis, sintesis. Atau, pada mata pelajaran apa, seorang siswa menunjukkan kelemahan, dari sekian banyak mata pelajaran yang diteskan. Jika dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Ingris misalnya, seorang siswa mendapat nilai rendah maka dapat ditafsirkan bahwa dalam kedua bidang studi tersebut seorang siswa mempunyai kelemahan.
Penafsiran pertumbuhan maksudnya adalah penafsiran tentang kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu periode pendidikan. Untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan (kemajuan) atau seberapa jauh kemajuan yang dicapai oleh seorang siswa, dapat dilakukan dengan jalan membandingkan prestasi yang dicapai oleh siswa tersebut dengan prestasi sebelumnya. Jika prestasi yang dimiliki -berdasarkan nilai yang diperoleh- saat ini lebih baik dibanding dengan prestasi sebelumnya maka siswa tersebut dapat dikatakan mengalami kemajuan. Sebaliknya, jika prestasi yang dimiliki saat ini lebih jelek dibanding dengan prestasi sebelumnya maka siswa tersebut dapat dikatakan mengalami kemunduran dalam belajar.
Berbeda dengan dua penafsiran sebelumnya yang dapat dilakukan terhadap setiap tes, penafsiran kesiapan ini hanya bagi hasil tes akhir (tes sumatif) saja, yaitu setelah dilakukan penjumlahan terhadap hasil tes-tes formatif atau sub sumatif sebelumnya. Dari nilai akhir inilah, kita dapat menafsirkan apakah seorang siswa sudah layak (siap) untuk dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi (atau dilepas) atau belum. Langkah yang harus dilakukan dalam hal itu adalah dengan membandingkan nilai akhir tersebut dengan norma tertentu yang telah ditetapkan. Yaitu batas minimal yang harus dicapai untuk dapat mengikuti taraf pendidikan yang lebih tinggi atau untuk dilepas.
Sedangkan yang dimaksud dengan penafsiran klasikal adalah penafsiran terhadap kelas secara keseluruhan tentang hasil yang mereka capai dalam tes yang kita berikan. Penafsiran klasikal ini meliputi 4 jenis: 1) penafsiran tentang kelemahan-kelemahan kelas, 2) penafsiran tentang prestasi kelas, dan 3) penafsiran tentang perbandingan kelas, dan 4) penafsiran tentang susunan kelas.
Sebagaimana dalam penafsiran individual, yang dimaksud penafsiran kelemahan di sini adalah penafsiran terhadap, pada bagian mana dari suatu mata pelajaran atau pada mata pelajaran apa dari seluruh mata pelajaran, suatu kelas menunjukkan kelemahan.
Penafsiran tentang prestasi kelas adalah penafsiran tentang, bagaimana prestasi anak secara klasikal terhadap bahan evaluasi yang kita berikan. Hal ini diketahui dengan mencari IP (Indeks Prestasi) kelas tersebut, kemudian dibandingkan dengan norma (standar) yang dipakai. Rumus untuk mencari IPK (Indeks Prestasi Kelompok) adalah sebagai berikut:
M
IPK= ____ x 100
SMI

Sedangkan norma standar yang jadikan pembanding adalah:
1.Jika IP kelas berkisar antara 0-29, dapat ditafsirkan bahwa prestasi kelas tersebut rendah sekali.
2.Jika IP kelas berkisar antara 30-54, dapat ditafsirkan bahwa prestasi kelas tersebut rendah.
3.Jika IP kelas berkisar antara 55-74, dapat ditafsirkan bahwa prestasi kelas tersebut normal.
4.Jika IP kelas berkisar antara 75-89, dapat ditafsirkan bahwa prestasi kelas tersebut tinggi.
5.Jika IP kelas berkisar antara 90-100, dapat ditafsirkan bahwa prestasi kelas tersebut tinggi sekali.
IPK tersebut sekaligus menunjukkan penguasaan kelas terhadap bahan yang kita teskan.
Penafsiran tentang perbandingan antar kelas adalah penafsiran yang digunakan untuk membandingkan antara kelas yang satu dengan kelas yang lain (yang paralel) tentang prestasi yang diperoleh. Cara yang ditempuh adalah dengan mencari IPK masing-masing kelas, kemudian kita bandingkan. Misalnya antara kelas I A dengan I B.
Penafsiran tentang susunan kelas adalah penafsiran yang digunakan untuk mengetahui kondisi kelas. Apakah kelas yang kita kelola merupakan kelas yang hiterogen, normal atau homogen. Pedoman yang digunakan untuk mengetahui kondisi kelas adalah: 1) jika kelas terdiri dari siswa-siswa yang taraf kepandaiannya menunjukkan perbedaan yang besar maka kelas tersebut dikatakan hiterogen. 2) jika kelas terdiri dari siswa-siswa yang taraf kepandaiannya memberikan gambaran seperti kurva normal, maka kelas tersebut merupakan kelas yang normal. 3) jika kelas terdiri dari siswa-siswa yang taraf kepandaiannya tidak terlalu beda maka kelas tersebut dikatakan homogen. Penafsiran ini didasarkan atas koefisien variasi. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien variasi adalah:
M
V = ____ X 100
SD
Untuk menentukan susunan kelas adalah dengan membandingkan antara koefisien variasi dengan pedoman tertentu. Pedoman tersebut adalah:
1.Jika koefisien variasi yang diperoleh 45 ke atas, maka dapat ditafsirkan bahwa susunan kelas tersebut adalah sangat heterogen;
2.Jika koefisien variasi yang diperoleh berkisar antara 40-44 maka dapat ditafsirkan bahwa susunan kelas tersebut adalah heterogen;
3.Jika koefisien variasi yang diperoleh berkisar antara 30-39 maka dapat ditafsirkan bahwa susunan kelas tersebut adalah normal;
4.Jika koefisien variasi yang diperoleh berkisar antara 25-29 maka dapat ditafsirkan bahwa susunan kelas tersebut adalah homogen;
5.Jika koefisien variasi yang diperoleh di bawah 25 maka dapat ditafsirkan bahwa susunan kelas tersebut adalah sangat homogen.
B. Penggunaan Hasil Tes
Pada dasarnya penggunaan hasil evaluasi yang diperoleh adalah bergantung pada tujuan yang hendak dicapai dalam mengadakan evaluasi itu sendiri. Atau bergantung pada jenis-jenis tes yang dilakukan. Beberapa contoh penggunaan hasil tes antara lain:
1.menentukan naik tidaknya atau lulus tidaknya seorang siswa. Hal ini kita dasarkan pada interpretasi kita terhadap taraf kesiapan siswa tersebut, Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes sumatif. Penentuan ini dilakukan setelah hasil tes tersebut dipadukan dengan hasil tes-tes formatif atau sub sumatif sebelum.
2.mengadakan diagnosa atau remedial. Dari hasil tes yang telah kita lakukan kita dapat mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, maka langkah berikutnya adalah mencari sebab-sebab kelemahan tersebut, kemudian melakukan remedial (penyembuhan). Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes diagnostik.
3.perlu tidaknya suatu pelajaran diulang kembali atau tidak. Hal ini kita dasarkan pada interpretasi terhadap prestasi kelompok. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes formatif.
4.membangkitkan motif siswa. Ketika hasil tes ditunjukkan, biasanya siswa berminat sekali untuk mengetahuinya, guru dapat memanfaatkan minat yang besar tersebut untuk memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar lebih giat. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes formatif.
5.memberikan laporan kepada orang tua. Dengan tujuan agar dia memiliki gambaran oyektif tentang perkembangan anaknya, untuk kemudian menyikapinya. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes sumatif. Pemberian laporan ini dilakukan setelah hasil tes tersebut dipadukan dengan hasil tes-tes formatif atau sub sumatif sebelum.

VERIFIKASI DATA

VERIFIKASI DATA
Verifikasi data adalah pemeriksaan terhadap data yang telah diperoleh melalui penyekoran hasil tes. Jadi, dalam pengumpulan data hasil belajar, sebelum skor-skor (mentah) yang telah diperoleh diubah menjadi skor standar (nilai), terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan terhadap data-data (skor-skor) tersebut, untuk mengetahui apakah data-data tersebut sudah benar semua atau masih mungkin mengandung kesalahan. Dalam verifikasi ini bukan saja kita memeriksa untuk mendapatkan kepastian ada tidaknya kesalahan, namun sekaligus membuktikannya. Apakah data yang kita dapatkan ‘salah’ tersebut memang salah adanya atau tidak. Dan data yang kita dapatkan ‘benar’ memang benar adanya atau tidak.
A. Tanda-tanda Kesesatan
Untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan pada sekumpulan data, kita dapat berpedoman pada ada tidaknya tanda-tanda kesesatan. Jika dalam data-data tersebut terdapat tanda-tanda kesesatan, maka data tersebut mengandung kesalahan. Sebaliknya, jika tidak terdapat tanda-tanda kesesatan berarti data tersebut sudah benar. Adapun tanda-tanda kesesatan tersebut antara lain:
1.Jika data yang kita kumpulkan memberikan gambaran yang berbeda dengan gambaran-gambaran yang telah kita peroleh sebelumnya, berdasarkan hasil-hasil evaluasi yang telah kita lakukan. Apalagi kalau perbedaan-perbedaan itu tampak mencolok (tidak logis).
Contoh: Berdasarkan tes-tes yang pernah dilakukan, Ahmad dapat dikategorikan sebagai siswa cerdas karena selalu mendapatkan skor tinggi. Akan tetapi pada tes yang sekarang diadakan Ahmad memperoleh skor rendah, yang menggambarkan Ahmad sebagai siswa kurang pandai.
2. Jika distribusi data yang kita peroleh jauh menyimpang dari distribusi normal berdasarkan pada evaluasi-evaluasi sebelumnya. Misalnya, berdasarkan tes-tes yang lalu, kelas C adalah kelas yang memiliki tingkat kepandaian endah karena perolehan skor para siswanya rendah-rendah. Akan tetapi pada tes yang sekarang diadakan para siswanya mendapatkan skor tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa kelas C adalah kelas yang pandai.
Jadi, jika dalam data yang kita kumpulkan terdapat kasus-kasus sebagaimana di atas, maka data tersebut dikatakan mengandung tanda-tanda kesesatan. Akan tetapi, data-data tersebut belum tentu salah. Artinya, Ahmad yang cerdas tetapi mendapat skor rendah dan kelas C yang memiliki tingkat kepandaian rendah tetapi para siswanya mendapatkan skor tinggi itu belum tentu salah. Dan untuk mendapatkan kepastian, apakah data-data tersebut benar atau salah maka dibutuhkan verifikasi (pembuktian) data.
B. Kemungkinan Sumber-sumber Kesalahan
Setelah mendapatkan keyakinan adanya kesalahan (ketidaknormalan) terhadap data yang dikumpulkan, selanjutnya dapat cari kemungkinan sumber-sumber kesalahan tersebut. Menurut Mukhtar Buchari, ada beberapa hal yang mungkin menjadi sumber kesalahan. Hal-hal tersebut antara lain:
1.Kurang sempurnanya alat-alat evaluasi (soal-soal tes). Misalnya: tes yang digunakan kurang sempurna susunannya, menimbulkan banyak pemahaman sehingga membuat bingung peserta tes dan lain-lain).
2.Kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanya prosedur pelaksanaan evaluasi yang dilakukan. Misalnya: pada waktu pelaksanaan tes terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak lazim, seperti kegaduhan dan lain-lain.
3.Kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanya cara pencatatan hasil-hasil evaluasi (kesalahan dalam menyekor).
C. Prosedur Verifikasi
Setelah kita mempunyai gambaran tentang sumber-sumber kesesatan dari sekumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan pemeriksaan terhadap sumber-sumber tersebut, untuk mengetahui sumber manakah yang menimbulkan kesesatan tersebut. Apakah pada alat evaluasi, pada pelaksanaan, atau pada penyekoran. Terhadap ketiga hal tersebutlah selanjutnya kita lakukan pemeriksaan:
1.Kita periksa item-item soalnya (ini bagi ketidaknormalan bagi hasil tes secara kelompok). Jika konstruk soal yang sulit difahami atau cetakan tidak jelas misalnya maka di situ harus diadakan pembenahan. Tetapi jika ternyata pada item-item tersebut tidak ditemukan kesalahan, berarti kesalahan tidak terdapat pada konstruk soal. Selanjutnya pemeriksaan dilanjutkan pada sumber kesalahan yang kedua.
2.Kita tinjau kembali bagaimana proses tes berlangsung. Apakah keadaan normal atau terjadi kecurangan-kecurangan. Jika terjadi kecurangan, maka dapat dipastikan di situlah sumber kesedatannya. Akan tetapi jika keadaan juga normal, pemeriksaan kita lanjutkan pada sumber kesesatan yang ketiga.
3.Kita periksa kembali pencatatan skornya. (ini pada kasus individual). Untuk mengetahui apakah ada kesalahan atau tidak. Jika di sini juga tidak didapatkan kesalahan maka data tersebut memang benar adanya. Sehingga bisa diteruskan pada langkah berikutnya, yaitu pengolahan data (mentah menjadi standart).